banner 970x250

Len Ditugaskan Memodernisasi KRI Usman Harun

Len Ditugaskan Memodernisasi KRI Usman Harun
Len Ditugaskan Memodernisasi KRI Usman Harun

Bandung, Brilianews.com – KRI 359 Usman Harun sudah berusia lebih dari 15 tahun dan masih dalam kondisi sangat baik, namun combat system-nya sudah usang dan harus di-upgrade agar dapat meningkatkan kemampuan operasinya.

Combat system adalah brainware dari sebuah kapal perang.

Keselarasan fungsi dan kendali antara sistem sensor dan sistem senjata di kapal perang, merupakan kunci keberhasilan pelaksanaan operasi di kapal perang.

Peran sentral inilah yang diemban oleh sebuah combat system.

Kementerian Pertahanan RI mempercayakan kepada PT Len Industri (Persero) berkerjasama dengan Thales, untuk melakukan modernisasi KRI Usman Harun (359) Multi Role Light Fregat (MRLF) Bung Tomo Class

Penandatanganan kontrak antara Len Industri dan Thales dilakukan pada 10 Maret 2020.

Dalam ruang lingkup modernisasi MLM (Mid Life Modernization), Len dan Thales akan memasang Combat Management System, radar pengawasan udara dan permukaan, radar kendali, dan sistem kontrol penembakan elektro-optik (eo), hingga tactical multi-purpose R-ESM system.

Direktur Bisnis dan Kerjasama Len, Wahyu Sofiadi menjelaskan, Len berkomitmen untuk selalu menjadi bagian yang tak terpisahkan dari keunggulan TNI, dalam menjaga kedaulatan Negara. Program kerjasama modernisasi ini akan memberikan kontribusi besar pada kemandirian industri pertahanan Indonesia.

Baca Juga  PT Len Industri Targetkan Pendapatan di 2024 Naik 11,6%

Setelah proses modernisasi tersebut, kata Wahyu kecanggihan KRI Usman-Harun akan selevel dengan kapal Frigat kelas Martadinata yang baru.

“Sehingga dapat memperpanjang usia beroperasinya kapal perang serta meningkatkan kemampuan TNI AL dengan biaya lebih efektif, ” kata Wahyu, Senin (29/11/2021).

Wahyu menyebut dalam pekerjaan ini Len sebagai main contractor-nya. Karena pengalaman Len sebagai mission system integration lebih cocok ketimbang Thales atau principal lain, yang fokus hanya sebagai sub-system integrator (combat system, navigation system, communication system).

Len sebagai industri dalam negeri akan menjadi owner atas semua detail teknis KRI Usman Harun, setelah dilakukan modernisasi kapal perang tersebut.

Hal ini untuk memudahkan jika kedepannya dilakukan pembaruan teknologi, dalam arti Len bisa melakukan integrasi teknologi baru tanpa harus melakukan kontrak dengan principal lain. Dengan demikian, akan memberikan efisiensi waktu dan biaya untuk TNI AL.

“Len juga akan memasang produknya sendiri, yaitu Tactical Data Link, dan Integrated Communication System serta melibatkan perusahaan lokal galangan kapal dan perbaikan meriam,” imbuhnya.

Hingga akhir tahun 2021 ini Len diharapkan dapat menyelesaikan semua pekerjaan engineeringnya, yang meliputi desain moderenisasi combat system, sistem navigasi, sistem komunikasi dan desain modernisasi platform kapal.

Baca Juga  Tampung Masukan Untuk RUU EBT, DEN Gelar FGD di Bandung

“Kegiatan di kapal KRI Usman Harun, baru dimulai di tahun depan”, imbuhnya.

Kapal perang ini pertama kali diluncurkan pada Juni 2001 yang dibangun BAE Systems Marine untuk Angkatan Laut Brunei Darussalam, dengan nama KDB Bendahara Sakam. Akan tetapi, kapal ini ditolak oleh pelanggan karena masalah sengketa kontrak.

Akhirnya, November 2012, KDB Bendahara Sakam dibeli oleh TNI Angkatan Laut dan namanya diganti menjadi KRI Usman Harun.

Kapal kemudian didatangkan ke Indonesia pada pertengahan September 2014.

KRI Usman Harun memiliki panjang 95 meter, lebar 12,7 meter, dengan berat 2.300 ton dan kemampuan mesin 4 x MAN 20 RK270 Diesel, serta memiliki kecepatan 30 knot. (Ida)