banner 970x250

Memperingati Hari Air Dunia, Pentingnya Konservasi dan Zonasi Pengambilan Air Tanah

Bandung, Brilianews.com – Kepala Balai Konservasi Air Tanah Kementrian Energi dan Sumberdaya Mineral Isnu Hajar Sulistyawan mengungkapkan, hampir seluruh kota-kota besar di dunia bermasalah dengan air tanah.

Lima puluh persen air tanah didunia termasuk di kota Bandung, dalam kondisi rusak.

Hal itu berkaitan dengan kondisi demografi dan pertambahan penduduk, sehingga kebutuhan air bersih juga meningkat.

“Air permukaan tidak mencukupi kebutuhan air bersih, sehingga banyak yang menggunakan air tanah, ” ujar Isnu pada acara JAPRI (Jabar Punya Informasi) bertema Hari Air Dunia Ke-30 Groundwater, Making The Invisible Visible di Lobby Lokantara Gedung Sate Bandung, Selasa (15/3/2022).

Hari Air Dunia sendiri, diperingati setiap tanggal 20 Maret.

Isnu mengatakan terus meningkatnya penggunaan air tanah, semakin memperburuk kondisi air tanah itu sendiri.

Untuk mengatasi hal itu, diperlukan kebijakan yang bisa membuat air tanah jadi sustainable kedepannya, agar dapat dimanfaatkan dalam jangka panjang.

Selain populasi penduduk, kondisi air tanah pun dipengaruhi oleh kondisi lingkungan.

Ia mencontohkan permukaan tanah yang tertutup oleh beton atau aspal semuanya, akan menjadi penghalang bagi proses recharge terhadap air tanah.

Oleh karena itu, perlu dilakukan konservasi air tanah dari aspek lingkungan.

“Demikian juga di Bandung mungkin kita harus lakukan konservasi dari aspek lingkungan. Kemudian tutupan lahannya kita kendalikan juga, ” ujarnya.

Hal senada disampaikan Sekretaris Dinas Sumber Daya Air provinsi Jawa Barat, Yossy Desra.

Menurut Yossy, sejalan dengan bertambahnya populasi penduduk, tentu saja banyak menimbulkan dampak kepada kebutuhan air, seperti di daerah Jabodebek yang pertambahan penduduknya sangat cepat.

Baca Juga  Gubernur Ridwan Kamil Salurkan Bantuan kepada Warga Bogor Terdampak Longsor

“Kita lihat di daerah-daerah yang padat penduduknya, mungkin sudah mulai kritis penyediaan airnya,” ucap dia.

Selain itu air juga dibutuhkan tidak hanya untuk kebutuhan domestik, tapi juga pertanian dan industri.

“Kebutuhan air itu banyak, disamping untuk kebutuhan domestik juga untuk pertanian dan industri. Jadi manakala industri meningkat tentu saja kebutuhan air juga meningkat, dan ini berpengaruh pada ketersediaan air, ” ucapnya.

Yossy mengingatkan, industri tidak bisa semena-mena mengekploitasi air tanah. Ada prosedur dalam mengatasi eksploitasi penggunaan air tanah.

“Untuk mengatasi eksploitasi ini tentu ada prosedurnya. Kalau untuk industri ada perijinan dan lain sebagainya. Dinas ESDM yang mempunyai kewenangan dalam hal itu, bisa mengantisipasi dengan (memperketat) pemberian perijinan,” tandasnya.

Di sisi lain, Akademisi ITB Irwan Iskandar menjelaskan bahwa penggunaan air tanah oleh masyarakat ternyata tidak terlalu besar, yang paling banyak mengambil air di cekungan tanah Bandung adalah industri.

“Sebagian sudah terlayani oleh PDAM, sebagian lagi punya sumur-sumur gali, tetapi sebenarnya pengambilan oleh masyarakat itu tidak terlalu besar, paling 50 liter per orang per hari atau satu keluarga sekitar satu kubik per hari,” tuturnya.

Selain itu Irwan juga menyayangkan kondisi pengambilan air oleh industri yang masih berpusat di satu titik. Padahal masih banyak titik lain yang masih hijau atau masih aman.

“Zonasi atau menyebar posisi sumur itu penting. Tidak hanya basisnya disitu ada air, saya ambil walau disitu yang ngambil sudah banyak. Padahal, di beberapa tempat itu masih aman, bisa kita ambil, ” imbuhnya.

“Memang kadang-kadang yang perlu diatur oleh pemerintah adalah pengambilannya ini jangan menumpuk di situ. Mengambilnya tentu di daerah yang masih aman,” ujar Irwan.

Baca Juga  Pemekaran Wilayah Masih Terkendala Moratorium

Pada kesempatan yang sama Climate & Conservation Senior Manager Danone Indonesia, Raditya Pramudiantoro mengatakan, Danone sebagai salah satu perusahaan yang bergantung pada ketersediaan air, turut menjalankan berbagai program dalam membantu konservasi air.

“Jadi Danone kembali ke Danone Water Policy dimana kami berkomitmen untuk melakukan dan menjaga kelestarian air, maupun kita menghemat air seefisien mungkin,” ujar Raditya.

Ia juga menyampaikan bahwa Danone berambisi untuk mencapai kebijakan yang disebut positif water impact.

“Ambisi kami adalah kita ingin mencapai apa yang kita sebut positif water impact. Jadi kita ingin memberikan dampak kepada lingkungan tentunya dan kepada masyarakat lebih banyak daripada yang kita ambil,” tutur Raditya.

Raditya mengatakan Danone sendiri sudah melakukan beberapa program sebagai bentuk konservasi air,
salah satunya penanaman pohon.

“Kita sudah menanam dua setengah juta pohon di seluruh Indonesia. Kemudian juga membangun sumur resapan, membangun water pond, membangun palang air hujan dan juga biopori hingga 80.000 buah. Di sisi lain kita juga memberikan akses air bersih kepada masyarakat, yang saat ini sudah mencapai 438.000 beneficiaries,” ujar Raditya. (Adi/ Afr)