banner 970x250

Mahasiswa UPI Temukan Resiliensi dalam Mewujudkan Indonesia menjadi Poros Agraris Dunia dari Kampung Adat Kasepuhan Ciptagelar

Bandung, Brilianews.com – Tim Mahasiswa Program Studi Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (FPIPS) Universitas Pendidikan Indonesia (UPI), meneliti Seren Taun Leuit Si Jimat di Kampung Adat Kasepuhan Ciptagelar.

Kampung ini berada di wilayah Kampung Sukamulya Desa Sirnaresmi, Kecamatan Cisolok, Kabupaten Sukabumi.

Tim peneliti terdiri atas ketua pelaksana Gilang Arya Alghifari dan anggota Mia Desiany dan Trisha Fauziah Zahra, dengan dosen pembimbing Muhammad Iqbal, S.Pd., M.Si.

Penelitian didanai dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan TeknologiQX (Kemendikbudristek), pada Program Kreativitas Mahasiswa bidang Riset Sosial Humaniora (PKM-RSH).

Ketua pelaksana penelitian Gilang Arya Alghifari mengungkapkan, penelitian dilakukan di Kampung Adat Kasepuhan Ciptagelar yang memiliki budaya lokal yang unik karena berpegang teguh pada filosofi “yang menanam yang akan bertahan”, yang dimaknai sebagai rambu kewaspadaan untuk seluruh elemen kehidupan bangsa yang saat ini dihadapkan pada masalah krisis petani dan berbagai masalah pangan lainnya.

Merujuk pada Data Badan Pusat Statistik, dalam 10 tahun terahir jumlah petani di Indonesia mengalami penurunan. Jika tren ini terus berlanjut maka tidak menutup kemungkinan, pada 50 tahun mendatang Indonesia akan berpotensi kehilangan petani akibat krisis regerenasi petani.

Baca Juga  Tingkat Kegemaran Membaca Masyarakat Indonesia Masuk Kategori Sedang

“Krisis petani ini berbanding terbalik dengan kondisi geografis Indonesia, yang dikenal sebagai negara agraris, ” ujar Gilang dalam keterangan tertulisnya, Kamis (7/7/2022).

Dari hasil penelitian yang dilakukan selama 3 bulan, tim mendapatkan hasil dan temuan penelitian bahwa kearifan lokal Seren Taun Leuit Si Jimat dalam sistem pertanian di Indonesia, merupakan bentuk resiliensi dalam mewujudkan Indonesia sebagai Poros Agraris Dunia.

Untuk mewujudkan hal tersebut Indonesia perlu mandiri secara pangan, sehingga dapat mengurangi impor beras.

Menurutnya terdapat beberapa filosofi dari kearifan lokal Seren Taun Leuit Si Jimat di Kampung Adat Kasepuhan Ciptagelar, yang dapat mewujudkan Indonesia sebagai Poros Agraris Dunia,
diantaranya Sistem kepemilikan tanah yang dikelola bersama, sehingga semua lahan pertanian terjaga dengan baik dan tidak terjadi pengalihfungsian lahan.

Selanjutnya, Siklus panen padi berbeda dari pola pertanian intensifikasi, yaitu dengan melakukan panen satu kali dalam setahun dalam waktu 5-6 bulan dan selebihnya lahan pertanian di istirahatkan. Hal ini dilakukan untuk menjaga keseimbangan dan keselarasan alam, agar kualitas hasil pertanian terjamin.

Baca Juga  UPI Gelar Lomba Simulasi Mengajar tingkat Nasional Bagi Mahasiswa PTN/PTS

Setiap anggota keluarga memiliki lumbung padi (leuit) sendiri yang berada di depan rumah masing-masing, sehingga masyarakat tidak pernah mengalami kelaparan.

Memiliki bank genetik dari berbagai varietas padi yang terawetkan di dalam lumbung yang ada di seluruh wilayah Kasepuhan Ciptagelar.

“Kearifan lokal Seren Taun Leuit Si Jimat ini membuat masyarakat Kampung Adat Kasepuhan Ciptagelar, mampu menjadi solusi dalam mengatasi permasalahan pangan. Selain itu, prosesi yang dilaksanakan dalam tradisi Seren Taun dapat menjadi sumber belajar Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) mengenai kekayaan dan pluralitas masyarakat Indonesia,” ucapnya.

Diharapkan, hasil penelitian dapat menjawab resiliensi dalam mewujudkan program pemerintah, untuk menjadikan Indonesia sebagai Poros Agraris Dunia.

(Adi)