banner 970x250

Bulan Imunisasi Anak Nasional 2022, Dewi Sartika : Jadikan Imunisasi Investasi Untuk Anak

Kota Bandung, BriliaNews.com – Guna menekan kesenjangan cakupan imunisasi pada anak-anak yang dalam dua tahun terahir menunjukkan penurunan cukup besar, pemerintah mencanangkan Bulan Imunisasi Anak Nasional (BAIN) 2022.

Untuk wilayah Jawa dan Bali, BAIN 2022 digelar selama bulan Agustus 2022.

Asisten Pemerintahan dan Kesejahteraan Rakyat Setda Prov. Jabar Dewi Sartika mengungkapkan sasaran BAIN 2022 adalah, anak usia 9- 59 bulan untuk campak rubela dan anak usia 12 – 59 bulan untuk imunisasi kejar guna melengkapi imunisasi dasar yang belum lengkap atau bolong-bolong.

“Imunisasi campak rubela diberikan untuk semua anak usia 9-59 bulan baik yang telah maupun belum mendapat vaksinasi tersebut. Kemudian anak usia 12 – 59 bulan, untuk Imunisasi Kejar OPV (polio tetes) , IPV (polio injeksi), Pentabio (DPT-HB-Hib),” katanya pada acara Japri di gedung Sate kota Bandung, Senin (1/8/2022).

Dewi mengungkapkan lima kabupaten/ kota di Jawa Barat mendapat prioritas utama dalam BAIN 2022, yakni kabupaten Bekasi, Bogor, Sukabumi dan Cianjur serta kota Bandung.

“Hal ini karena cakupan imunisasinya kurang baik, namun tetap 27 kab/ kota kita siapkan, kita lengkapi,” ungkapnya.

Pada bulan imunisasi ini kata Dewi, pihaknya menargetkan 3,4 juta anak mendapatkan imunisasi campak rubela dan untuk Imunisasi Kejar 4,09 juta anak.

“Target kita di bulan imunisasi ini minimal 95%. Semoga di bulan imunisasi anak nasional ini kita bisa mencapai target bahkan melebihi target tersebut,” imbuhnya.

Baca Juga  Bio Farma Terima 1,04 Juta Dosis Vaksin Covid-19 AstraZeneca

Untuk itu, ia mengajak para orang tua yang memiliki anak usia 9-59 bulan, membawa anaknya untuk diimunisasi. Jangan ragu, karena vaksin yang digunakan aman dan halal.

“Jadikan imunisasi sebagai investasi untuk anak. Investasi bukan emas atau rumah saja. Anak yang luar biasa, anak yang sehat cerdas pun, investasi bagi masa depan anak, ” ucapnya.

Hal senada disampaikan Ketua Komisi Daerah Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) Jawa Barat Prof. Kusnandi Rusmil.

Menurutnya, vaksin yang digunakan untuk imunisasi aman, karena sudah dipergunakan sejak lama dan dibuat dengan hati-hati. Efek sampingnya pun sudah diperhitungkan. Jadi jangan takut.

“Dari 1 juta yang diimunisasi hanya ada satu kasus orang pingsan, itu ada. Dan itu bukan karena salah vaksinnya, tapi karena bawaan orangnya yang alergi. Seperti saat makan udang, jadi bengkak-bengkak,” ungkapnya.

Bulan Imunisasi Anak Nasional, menurut
Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan Prov. Jabar
dr. Ryan Bayusantika Ristandi, merupakan
momentum untuk menghilangkan penyakit campak dan Rubela.

Jadi imunisasi campak rubela diberikan tanpa melihat status imunisasi sebelumnya, agar bisa menghilangkan/mengeliminasi campak rubela ini di tahun 2023.

“Kita akan follow up terus sampai 2026.
Dibulan imunisasi anak nasional ini untuk difteri, pertussis, tetanus, haemophilus influenza, dan hepatitis B, lalu juga polio, kita akan melengkapi status imunisasi yang bolong-bolong tadi yang belum lengkap selama pandemi covid 19,” ujarnya.

Baca Juga  HUT Kemerdekaan RI KAI Daop 2 Bandung Hadirkan Tiket Promo Cuma Bayar 79 Persen Hingga Potongan Harga 50 Persen

“Dua kegiatan itu yang akan kita lakukan mulai tanggal 1 Agustus, diharapkan selesai di awal September nanti.
Kita sudah siapkan semuanya lengkap. Seluruh kebutuhan sudah kita distribusikan ke kabupaten kota,” sambung Ryan.

Pada kesempatan yang sama, konsultan Imunisasi unicef wilayah Jawa dr Rusipah menuturkan, untuk menuju ke eliminasi campak rubela, anak usia 9-59 bulan harus mendapat imunisasi tambahan 1 dosis tanpa melihat imunisasi campak rubela sebelumnya.
Setiap anak yang masuk kategori 9-59 bulan harus diberikan 1 dosis tambahan campak rubela. Sedangkan imunisasi kejar untuk menutup imunisasi dasar yang bolong-bolong.

“Setiap anak sebelum usia 12 bulan, harus memiliki status imunisasi lengkap. Ada polio tetesnya 4 kali, DPT-HB-Hib atau kita sebut Penta 3 kali, IPV 1 kali lagi,” terangnya.

“Jadi pemerintah itu betul-betul komit melindungi anak-anak, supaya anak-anak ini tidak menjadi rentan terhadap penyakit-penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi,” pungkasnya. (Afr/ Adi)