banner 970x250

Mahendra Siregar : Sistem Keuangan Terjaga Berkontribusi pada Pemulihan Ekonom

Bandung, Brilianews.com – Otoritas Jasa Keyangan (OJK) menilai, stabilitas sistem keuangan terjaga dan kinerja intermediasi lembaga jasa keuangan, berkontribusi terhadap berlanjutnya pemulihan ekonomi nasional.

Apalagi ditengah pelemahan ekonomi global yang disertai inflasi tinggi, akibat peningkatan pertentangan geopolitik yang berkepanjangan.

Ketua Dewan Komisioner OJK Mahendra Siregar mengatakan, perekonomian Indonesia saat ini menunjukkan berlanjutnya proses pemulihan.

Hal itu tercermin dari Pendapatan Domestik Bruto (PDB) Indonesia pada triwulan II tahun 2022, tumbuh di atas ekspektasi pada level 5,44% yoy (Tw1-2022: 5,01% yoy) yang didorong oleh peningkatan pertumbuhan konsumsi dan ekspor.

“Berdasarkan pertumbuhan PDRB per provinsi, terdapat 18 provinsi dengan laju PDRB yang lebih tinggi dibandingkan pra pandemi (TwIV-2019), sementara 12 provinsi diantaranya tumbuh lebih baik dari pertumbuhan ekonomi nasional,” kata Mahendra dalam konferensi pers secara virtual, Senin (6/9/2022).

Mahendra menerangkan, Purchasing Managers’ Index (PMI) Manufaktur pada Juli 2022, juga mulai meningkat ke tingkat 51,3, seiring dengan perbaikan mobilitas dan peningkatan permintaan domestik.

Sementara itu, sektor eksternal juga masih mencatatkan kinerja positif, yang ditunjukkan oleh berlanjutnya surplus neraca perdagangan.

Meski demikian, tekanan inflasi masih terjadi di bulan Agustus 2022 sebesar 4,69% yoy yang lebih rendah dari bulan sebelumnya (Jul-22: 4,94% yoy). “Namun inflasi inti naik menjadi 3,04% yoy (Jul-22: 2,86% yoy),” terangnya.

Baca Juga  Jabar Ekspor 20 Ton Teh ke Uni Emirat Arab

Terkait Pasar Modal, Mahendra mengungkapkan pasar saham Indonesia terpantau menguat, sejalan dengan perkembangan positif kondisi domestik.

Hingga 31 Agustus 2022, IHSG tercatat menguat sebesar 3,27% mtd ke level 7.178,59 dengan nonresiden mencatatkan inflow sebesar Rp 7,52 triliun.

Selanjutnya di pasar SBN, nonresiden mencatatkan inflow sebesar Rp 10,5 triliun, sehingga mendorong rerata yield SBN turun 15,90 bps mtd pada seluruh tenor.

Penghimpunan dana di pasar modal hingga 31 Agustus 2022 tercatat sebesar Rp168,75 triliun, dengan emiten baru tercatat sebanyak 48 emiten.

Menurutnya, dari sisi kinerja emiten secara umum menunjukkan perkembangan yang cukup baik.

“Dari 481 emiten listing saham yang telah menyampaikan Laporan Keuangan Tengah Tahunan 2022, sebanyak 332 emiten (69,03%) menunjukkan peningkatan kinerja dengan pertumbuhan pendapatan tercatat sebesar 20,69% yoy dan peningkatan laba sebesar 50,49%,” ujarnya.

Sementara kinerja Perbankan
Seiring dengan positifnya kinerja perekonomian, fungsi intermediasi perbankan pada Juli 2022 tercatat meningkat, dengan kredit tumbuh sebesar 10,71% yoy. Peningkatan itu didorong oleh peningkatan kredit jenis modal kerja, dengan kategori debitur korporasi.

Namun demikian, secara nominal kredit perbankan sedikit menurun sebesar Rp17,54 triliun menjadi Rp6.159,33 triliun. Sementara itu, Dana Pihak Ketiga (DPK) pada Juli 2022 tumbuh sebesar 8,59% yoy, melambat dibandingkan bulan sebelumnya 9,13% yoy, utamanya didorong perlambatan giro sejalan dengan normalisasi kebijakan moneter Bank Indonesia.

Baca Juga  Pemprov Jabar Akan Bantu RSUD Garut dan Rumah Sakit Swasta di Garut Alat Bantu Pernapasan Bagi Pasien Covid-19

“Industri perbankan, juga mencatatkan peningkatan CAR menjadi sebesar 24,92%,” ucap dia.

Mahendra menambahkan,
ditengah berbagai tekanan yang dihadapi perekonomian global saat ini, tahun 2022 ini pertumbuhan kredit diproyeksikan akan terus meningkat, seiring pertumbuhan ekonomi nasional yang diperkirakan masih cukup baik dibandingkan negara-negara lainnya.

Kinerja perekonomian yang baik tersebut akan diikuti naiknya permintaan kredit khususnya sektor-sektor ekonomi yang dianggap prospektif, seperti sektor industri pengolahan, sektor perdagangan besar dan eceran, serta UMKM.

“Namun perlu juga diwaspadai sektor pertambangan dan komoditas yang saat ini tumbuh signifikan, tapi berpotensi menghadapi tekanan jika harga komoditas terkoreksi,” pungkasnya. (Afr/Adi)