banner 970x250

Trend Peningkatan Kasus HIV di Jabar Tidak Signifikan

Kota Bandung, Brilianews.com – Kasus HIV/ Aids di seluruh Jawa Barat, tidak menunjukkan trend peningkatan yang signifikan. Dalam tiga tahun tetahir, masih tetap di angka 5.000 an kasus dan di kota Bandung sekitar 800-900 kasus.

Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan Jabar Ryan Bayusantika Ristandi menyebutkan, secara akumulatif dalam 30 tahun tetahir dari 1989 sampai 2022, di Jawa Barat tercatat 55.069 Orang Dengan HIV Aids (ODHA).

“Tidak ada peningkatan signifikan. Jadi, masyarakat tidak perlu cemas,” Kata Ryan Bayusantika pada Temu Pimpinan untuk Aspirasi Masyarakat (TEPAS), dengan tema “Ruang untuk ODHA” di Gedung Sate Kota Bandung, Jumat (2/9/2022).

Untuk mencegah peningkatan kasus HIV/ Aids kata Ryan, Dinas Kesehatan melakukan intervensi antara lain dengan screening tes HIV di populasi kunci yakni wanita penjaja seks (WPS), lelaki suka lelaki (LSL), waria, pengguna narkoba suntik (penasun), ibu hamil pasien TB serta di populasi yang rentan lainnya, seperti ibu hamil dan warga binaan pemasyarakatan.

“Kami memberikan layanan baik melalui layanan statis di faskes maupun mobile. Di Jabar saat ini sudah ada 153 faskes dan ini terus dikembangkan,” ujarnya.

Disamping itu, pihaknya juga menyalurkan kondom dari Kemenkes sebanyak 425.808 buah ke kabupaten/ kota di Jabar.

Baca Juga  Jaga Kelestarian Sumber Air Dengan Menanam Pohon

Pembagian kondom ke kabupaten/kota merupakan salah satu intervensi perubahan perilaku, untuk memutus mata rantai penularan, yang tadinya tidak menggunakan kondom jadi menggunakan kondom.

“Jadi kondom merupakan alternatif pencegahan, kecuali pada kasus tertentu tetap harus pakai kondom,” ujar Ryan.

Orang dengan HIV/ AIDS atau ODHA seringkali menarik diri dari lingkungan sosial. Padahal banyak ODHA yang juga memiliki potensi dalam lingkungan sosialnya.

Sementara itu Kepala Dinas Sosial Provinsi Jabar Dodo Suhendar mengatakan perlunya meluruskan stigma negatif terhadap Orang Debgan HIV Aids (ODHA).

Untuk itu, harus ada kolaborasi semua pihak, bukan hanya dari Dinas Kesehatan atau Dinas Sosial, tetapi juga dari organisasi masyarakat lainnya.

Dinas Sosial sendiri kata Dodo memiliki beberapa program, agar ODHA dapat kembali berinteraksi dan produktif dalam kehidupannya melalui pemberdayaan sosial.

Diantaranya, dengan memberikan pelatihan barista di Lembang, Kabupaten Bandung Barat.

“Pemberdayaan sosial harus dilanjutkan. Silahkan kembali bekerja, bermusik, berolahraga, di bidang jasa atau yang lainnya sesuai dengan potensi yang dimiliki,” imbuhnya.

Jika ODHA kembali dalam lingkungan sosialnya, bahkan produktif secara ekonomi, setidaknya, menurut Dodo, hal itu akan mengurangi stigma negatif di masyarakat.

Sedangkan untuk ODHA dari kalangan keluarga miskin, berhak mendapatkan bantuan sosial.

Baca Juga  Salat Iduladha 1443 H, Umat Muslim Kota Bandung Bisa 100 persen Shalat Berjemaah di Masjid

“Jika mereka dari keluarga tak mampu bisa memanfaatkan bantuan sosial. Mereka juga memiliki hak yang sama untuk mengakses bansos, bantuan sembako, BPJS hingga KIP (Kartu Indonesia Pintar),” tegasnya.

Dalam kaitan dengan penanggulangan kasus HIV/ Aids, Jabar Quick Response (JQR) juga turut memberikan pendampingan kepada ODHA, terutama pada kelompok rentan ekonomi.

“Kita juga memikirkan agar mereka tetap mendapatkan akses pendidikan, akses terhadap obat atau ARV, dan lainnya,” ujar Yana Suryana dari JQR.

Seperti saat pandemi COVID-19, JQR membantu ODHA agar tetap memiliki akses terhadap pengobatan ARV.

“Dengan akses layanan kesehatan yang lebih cepat, maka kontinuitas pengobatan ARV tetap berjalan di tengah keterbatasan akses akibat COVID-19,” ucapnya

Temu Pimpinan untuk Aspirasi Masyarakat (TEPAS) vokume 14 yang diinisiasi Jabar Quick Respons (JQR), juga menghadirkan narasumber
Aditia Taslim (Aktivis HIV AIDS) dan Ayu Oktariani (Koordinator Nasional Ikatan Perempuan Positif Indonesia). (Afr/ Adi)