banner 970x250

Perlu Wadah Untuk Menyalurkan Bakat dan Pembinaan Kelompok Penyanyi Jalanan

Oleh : Sudiman Bonaparte

Hampir di seluruh lampu merah Kota Bandung, terdapat musisi jalanan yang tampil menghibur kala para pengendara menanti lampu merah berubah kuning kemudian hijau.

Penampilan mereka tidak tanggung-tanggung, beberapa musisi tersebut bahkan menggunakan mikrofon, alat pengeras suara, biola, hingga alat musik band lengkap, disamping ada juga yang menggunakan alat modifikasi dari peralatan rumah tangga.

Sedikit banyak kehadiran mereka cukup menghibur pengendara dari kekesalan menanti giliran berangkat lagi…….kadang pengendara ada yang minta dinyanyikan lagu favoritnya, tentu dengan imbalan secukupnya.

Selain yang tampil dipersimpangan jalan ada juga pengamen yang beroperasi di angkutan kota, dimana pengamen naik angkutan kota kemudian melantunkan beberapa buah lagu, kemudian minta balas jasa dari penumpangnya.

Ada juga pengamen yang mangkal diwarung – warung, kafe kantin atau restoran, dengan maksud menghibur pengunjung yang akan menikmati santapan.

Ada juga pengamen yang mencari nafkahnya mampir dari satu rumah kerumah lainnya, ini bisa dilakukan sendiri ataupun per grup, bahkan pengamen yang beroperasi di trotoar dan ditaman taman yang tersebar dikota Bandung.

Pengamen jenis ini bisanya beroperasi berpindah pindah sesuai dengan situasi dilapangan.

Apapun yang mereka lakukan harus disadari, pengamen adalah manusia sama seperti kita yang membutuhkan penghargaan dan simpati.

Tidak ada diantara mereka yang tidak ingin hidup nyaman dan bahagia dan juga tidak ada manusia yang menginginkan kehidupan yang susah dan terlunta lunta.

Namun manusia diciptakan Allah dalam keadaan beragam dan bermacam-macam, ada yang kaya raya dan ada si miskin, atau ada yang bernasib baik hidup berkecukupan, ada yang bernasib kurang baik, hidup serba kekurangan.

Baca Juga  Umat Muslim Kota Bandung Diizinkan Salat Tarawih di Masjid, Ini Syaratnya

Itu sejatinya kuasa Allah agar manusia dapat hidup saling melengkapi demi terciptanya kehidupan yang harmonis dan saling tolong menolong.

Menyadari akan keberadaannya, para pengamen jalanan membentuk satu wadah KOMUNITAS KELOMPOK PENYANYI JALANAN (KPJ), yang berdiri sejak trahun 1990 atau sekarang sudah berusia 32 tahun dan peringatannya dimeriahkan dengan Konser Musik 32 Menit Kelompok Penyanyi Jalanan (KPJ) Jawa Barat di Taman Cikapayang Dago, Kota Bandung, Minggu (25/9/2022).

Ketika menghadiri Konser tersebut, Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil mengingatkan para seniman yang tergabung dalam komunitas Kelompok Penyanyi Jalanan Jawa Barat, agar menjaga persatuan dan menghindari perpecahan. Hal ini penting menurut Gubernur, karena beberapa organisasi terkadang timbul perpecahan dan perselisihan. Gubernur mengingatkan, jika ada permasalahan hendaknya diselesaikan secara musyawarah, duduk bersama mencari solusinya…semuanya kalau dikomunikasikan, dikompromikan akan mendapat hasil yang terbaik.

Tidak sedikit seniman besar di tanah air, pernah menjadi penyanyi jalanan, sebut saja Iwan Fals.

Pemilik nama asli Virgiawan Listianto ini pernah menjadi pengamen dijalanan Kota Bandung. Kini menjadi penyanyi legendaris dengan ciptaan lagunya yang kental dengan kritik social.

Kemudian Charly Van Houten penyanyi asal Kabupaten Cirebon itu ketika masih menjadi vokalis ST12, pernah mengorbitkan lagu hits seperti Saat Terakhir dan Putuskan Saja Pacarmu.

Baca Juga  Disdik Kota Bandung Buka Jalur Afirmasi RMP pada PPDB 2023

Kini Charli menjadi vokalis Setia Band, karena Grup ST 12 sudah tiada. Charli sempat menjadi seorang pengamen di sekitar stasiun dan jalanan Kota Bandung. Juga pedangdut papan atas kini Via Vallen, dikenal masyarakat luas setelah mendendangkan lagu berjudul Sayang. Kehadirannya sempat membuat heboh industri musik dangdut tanah air.

Via memulai karier menyanyinya sebagai penyanyi jalanan ketika masih usia sekolah dasar kelas empat. Begitu hebatnya karier penyanyi yang berasal dari penyanyi jalanan, kiranya perlu diadakan wadah berkumpulnya para seniman jalanan dalam bentuk kegiatan konser ataupun lomba hasil karya para pengamen jalanan.

Dengan kompetisi maka bakat – bakat pengamen jalanan akan tersalurkan dan bisa diadakan pembinaan. Karena sejatinya Pengamen adalah ladang amal sekaligus juga ladang maksiat.

Ladang amal ketika kita dapat menyikapi kehadiran mereka dengan baik dan memberikan bantuan secukupnya, dan ladang maksiat ketika kita menganggap kehadiran mereka adalah parasit pengganggu.

Kedepan semoga ada peraturan yang dibuat khusus oleh Pemerintah untuk meregulasi para pengamen ini. Dengan demikian diharapkan mereka dapat menemukan sumber penghidupan yang lebih layak dengan profesi yang diakui.