banner 970x250

Jabar Targetkan Tahun 2030 Bebas BABS

Bandung, Brilianews.com – Pemerintah Provinsi Jawa Barat menargetkan Jawa Barat bebas Buang Air Besar Sembarangan (BABS) tahun 2030. Tahun 2022 ini baru enam kab/kota di Jabar yang bebas BABS.

Fungsional Ahli Madya Tata Bangunan dan Perumahan Disperkim Jabar, Lucky Ruswandi Sumanang mengatakan enam daerah yang sudah bebas BABS yakni Kab. Subang, Sukabumi, Bandung Barat, Garut dan kabupaten Bandung serta Kota Depok.

“Jadi memang kotanya baru Kota Depok,” ujar Lucky Ruswandi Sumanang, usai acara Jabar Punya Informasi (JAPRI) di Gedung Sate Bandung, Jumat (18/11/2022).

Lucky mengatakan ada dua masalah besar dalam menjadikan Jabar bebas BABS, yakni dana dan lahan.

Anggaran yang dibutuhkan itu di atas 20 triliun, untuk menjadikan Jabar bebas BABS. “Itu hanya untuk sanitasi, kita belum bicara air minum,” tutur Lucky.

Sementara di perkotaan masalahnya lahan untuk membuat septic tank.

“Persoalannya itu mereka sudah punya toilet tapi buangnya masih langsung (ke sungai). Kan harus ada septic tank. Sedangkan rumah mereka sempit dan untuk masang septic tank saja, susah,” ucap Lucky.

Hal senada dikatakan Ketua Tim Kerja Kesehatan lingkungan, Kesehatan kerja dan olahraga Dinkes Jabar Yuntina Erdani.

Baca Juga  90 Persen Penyakit Kanker Dapat Dikendalikan, Syaratnya Harus Deteksi Dini

Ia mengatakan di Jabar masih banyak masyarakat yang belum bebas BABS.

Dari 27 kab/kota di Jabar, masih ada 21 kab/kota yang masyarakatnya belum benar-benar terbebas dari BABS.

Walau begitu, tambahnya, Yuntina melihat ada kemajuan dalam proses membuat Jabar bebas BABS.

“Dua tahun terakhir ini sudah banyak kemajuan, terbukti dengan tahun kemarin ada tiga kabupaten yang telah mendeklarasikan masyarakatnya terbebas dari BABS, yaitu Kab. Sukabumi, Subang dan Kab. Bandung Barat. Kemudian tahun ini 3 kab/kota yaitu Kab. Garut dan Kab. Bandung, dan Kota Depok,” tuturnya.

Yuntina menjelaskan ada satu solusi terkait pembuatan septik tank di daerah yang lahannya sempit.

“Bisa saja dengan rumah padat penduduk tersebut membuat septik tanknya di tengah rumah, atau di ruang tamu, atau di kamar. Nanti saluran pipanya dikeluarkan. Sebetulnya dari sisi kesehatan, itu tidak menjadi kendala,” tutur Yuntina.

Yuntina menjelaskan, solusi ini sudah dicoba di beberapa lokasi di Kota Bandung, seperti di daerah Cipedes, daerah Padjadjaran dan Citepus.

“Jadi sebetulnya tidak ada alasan untuk tidak membuat septik tank. Tetapi kembali lagi ke perilaku masyarakat,” ujarnya.

Pada kesempatan yang sama Wartawan Senior sekaligus Ketua Divisi Odesa Enton Supriyatna menyebut di Kota Bandung sebagai ibu kota provinsi Jawa Barat, masih ada yang BABS.

Baca Juga  Tim Baseball Flash Bandung Mewakili Indonesia dalam Turnamen PONY Mustang 10 dan Bronco 12 Asia Pacific Zone

“Kurang dari sepuluh kilometer dari Gedung Sate ini, di Cimenyan, daerah Bandung Utara, ada seorang ibu berusia 70 tahun, BAB di bawah pohon nangka yang ditutup pakai seng.

“Artinya ada sesuatu yang selama puluhan tahun tidak pernah berubah. Dan itu tidak terjadi hanya pada ibu itu. Kami menemukan banyak tempat di Bandung Utara yang sanitasinya buruk,” ungkap Enton.

Enton menambahkan berdasarkan data UNICEF, 150.000 orang anak Indonesia meninggal di bawah usia lima tahun, 40.000 di antaranya meninggal karena diare. Dan diare itu muncul akibat BAB tidak tertib dan tidak pernah mencuci tangan sebelum makan.

“Jadi kita bisa melihat betapa bahayanya untuk generasi kita jika kita tidak mulai menertibkan persoalan BABS ini,” pungkasnya.

(Afr/Adi)