banner 970x250

Lantik 2.157 Lulusan, Rektor UPI : Guru Harus Miliki Literasi dan Kefasihan Digital

Kota Bandung, BriliaNews.com – Rektor Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Prof.Dr HM Solehuddin MPd, MA melantik 2.157 wisudawan pada upacara wisuda gelombang II UPI tahun 2023, di gedung Gymnasium kampus UPI jalan Setiabudhi kota Bandung.

Upacara wisuda dilaksanakan dalam 2 hari pada Rabu dan Kamis (21-22/6/2023), diikuti lulusan jenjang D3 (10 orang), S1 (1.716 orang), S2 (338 orang dan S3 (93 orang).

Dari seluruh lulusan yang diwisuda, 3 wisudawan lulus dengan IPK tertinggi yakni dari jenjang S1 Amalina Zyamziah Ghani dengan IPK 3,98 Pendidikan Tata Boga- FPTK, jenjang
S2 Tati Haryati IPK 4,00 Pendidikan Agama Islam – FPIPS dan jenjang S3 Asep Sumpena dengan IPK 4,00 Pendidikan Olahraga – SPs.

Dalam sambutannya Rektor UPI Prof.Dr Solehuddin mengingatkan tantangan pendidikan guru dalam menghadapi Industri 4.0., termasuk didalamnya mengembangkan literasi teknologi, memupuk keterampilan dan kefasihan digital, adaptasi kurikulum, pengembangan profesional berkelanjutan, mengatasi pertimbangan etika dan sosial, serta mempromosikan keadilan dan aksesibilitas.

Untuk mengatasi berbagai tantangan tersebut, kata Rektor para pendidik harus mampu mempersiapkan diri, bukan hanya sebagai pengajar tetapi juga sebagai pembelajar yang memiliki pengetahuan dan kecakapan keterampilan terkini dalam lanskap digital yang terus berubah dengan cepat.

“Dengan berkembangnya teknologi digital yang sangat masif, seperti kecerdasan buatan, otomatisasi, robotika, dan analisis big data, para pendidik perlu memiliki pemahaman dan keahlian yang mendalam di bidang tersebut, agar mampu menghadirkan pendidikan yang efektif, relevan dan terkini, serta potensi aplikasinya di dalam proses pembelajaran,” ujarnya.

Baca Juga  Pemkot Bandung Luncurkan GPM On The Road Untuk Jangkau Daerah Rawan Pangan

Untuk itu kata Solehuddin, guru harus memiliki literasi dan kefasihan digital, agar mahir dalam melakukan integrasi teknologi ke dalam konten dan proses pedagogis.

Disamping itu, juga harus mahir dalam penggunaan perangkat lunak pendidikan, platform pembelajaran online, kecerdasan buatan yang semakin canggih, serta perangkat digital lainnya, untuk meningkatkan keterlibatan siswa, kolaborasi, dan kemampuan berpikir kritis, keatif dan inovatif.

“Era digitalisasi yang ditandai dengan perubahan cepat ini membutuhkan adaptasi kurikulum secara terus-menerus, agar dapat menyesuaikan dengan kebutuhan yang berubah di dunia kerja,” ujarnya.

Lebih lanjut dikatakannya guru perlu meremajakan pengetahuan, konten dan strategi pembelajaran serta mengadaptasikannya dengan disiplin baru yang muncul, seperti data science, coding system, cyber security, serta learning platform terbaru sesuai dengan teknologi yang terus berubah.

Dengan pengetahuan tersebut, sebagai pendidik guru dapat mengatasi beberapa implikasi etika dan sosial, sehingga mampu membimbing siswa memahami penggunaan teknologi secara etis, privasi data, komunikasi digital, serta dampak potensial otomatisasi di berbagai bidang.

“Para guru memainkan peran penting membentuk perilaku digital yang bertanggung jawab dan etis di kalangan siswa,” tuturnya.

Dalam menghadapi tantangan yang begitu besar, menurutnya para pendidik memerlukan pembinaan profesional berkelanjutan.

Mereka perlu akses ke program pelatihan, lokakarya, dan sumberdaya yang relevan untuk meningkatkan pemahaman tentang teknologi baru yang terus bermunculan dalam praktik pedagogis di era Revolusi Industri 4.0.

Oleh karena itu, kolaborasi antara pendidik dengan peneliti, eksekutor dan profesional industri sangatlah penting agar tercipta suasana sharing the best practices di antara mereka.

Baca Juga  Jabar Himpun Tanah dan Air untuk Ibu Kota Negara Baru

Dalam era teknologi ini, guru juga harus mengatasi kesenjangan digital dan menjembatani kesenjangan itu, dengan memberikan kesempatan yang sama bagi semua siswa untuk mengembangkan digital skills yang diperlukan,” pungkasnya.

Upacara wisuda gelombang II UPI tahun 2023, diisi dengan pidato ilmiah oleh Menkopolhukam Prof. Dr. Mohammad Mahfud MD, dengan tema Pemilu Serentak 2024.

Mahmud MD mengingatkan, tahun 2023 dan 2024 merupakan tahun politik. Tahun 2023, dimulainya proses pelaksanaan Pemilu, sedang tahun 2024 pelaksanaan Pemilu Presiden/ Wakil Presiden, Pemilu Legislatif dan Pemilu Kepala Daerah. Untuk diketahui, Pemilu menerapkan sistim terbuka.

“Pemilu yang baik harus melibatkan masyarakat sipil, termasuk Perguruan Tinggi,” katanya.

Ia mengatakan ada beberapa hal yang bisa diperankan oleh Perguruan Tinggi dalam Pemilu, yakni sebagai pengawas/ pemantau Pemilu, fasilitator dan edukator serta advokasi.

Lulusan Perguruan Tinggi dikatakannya dapat berperan sebagai fasilitator dan edukator, dengan mendidik para penyelenggara Pemilu serta memfasilitasi rakyat yang literasi kepemiluannya masih rendah

“Dan berperan sebagai advokasi atas kesalahan Pemilu, kecurangan parpol yang satu kepada parpol lain. Saudara harus lakukan advokasi,” ucapnya.

Pewarta : Ida