banner 970x250

Rumah Raflesia, Inovasi Rumah Rendah Karbon Dengan Reflektansi Matahari Hingga 72,1%

Bandung, BriliaNews.com – BeCool Indonesia bersama Tatalogam Group bekerja sama dengan PT Inkote Indonesia, memperkenalkan inovasi rumah rendah karbon.

Rumah hasil inovasi bersama ini diberi nama Raflesia (Rumah Reflektif Surya Indonesia), dan diperkenalkan pada simposium dan lokakarya internasional, tentang Bangunan Berkelanjutan, Kota dan Komunitas (Sustainable Buildings, Cities and Communities, SBCC) Tahun 2024, Februari lalu.

Peserta simposium dan lokakarya internasional yang terdiri dari para akademisi, praktisi, perusahaan, pemerintah, komunitas dan masyarakat diajak menyaksikan pameran arsitektur dan pameran produk, serta melihat langsung proyek percontohan lingkungan binaan, yang dibangun dengan mengedepankan prinsip bangunan, area dan komunitas berkelanjutan di Kampung BeCool, Desa Tipar, Padalarang, Kabupaten Bandung.

Dosen dan peneliti dari Program Studi Artsitektur Fakultas Pendidikan Teknologi dan Kejuruan (FPTK) Universitas Pendidikan Indonesia sekaligus Founder BeCool Indonesia, Dr. Eng. Beta Paramita, S.T., M.T., menjelaskan, Kampung BeCool merupakan lingkungan binaan yang dibangun berbasis Corporate Social Responsibility (CSR) atau tanggung jawab sosial perusahaan yang digagas oleh BeCool Indonesia dan Tatalogam Group.

Di lokasi ini, 20 rumah gentengnya telah dicat dengan cairan BeCool yang dapat berfungsi secara signifikan untuk memperbaiki iklim mikro di lingkungan sekitarnya.

Di Kampung BeCool ini, ada tiga contoh rumah Raflesia, yaitu rumah berbasis disain pasif yang mendemonstrasikan penggunaan material bangunan rendah karbon guna mengurangi dampak dari pada urban heat island.

Beta mengungkapkan, rumah ini merupakan rumah instan berstruktur baja ringan berkonsep ringan, kuat dan ekonomis dengan merek Domus milik Tatalogam Group, dikolaborasikan dengan BeCool Indonesia dan dibantu oleh PT Inkote Indonesia, mengaplikasi cairan BeCool menjadi cat pada baja lapis aluminium seng sebagai bahan baku genteng metal dan penutup dinding.

“Rumah dengan material rendah karbon yang hadir menjadi pilihan solusi untuk perumahan berdesain pasif ini diketahui memiliki emitansi 0,90, reflektansi matahari hingga 72,1 % dan serapan surya hingga 27,9 %. Indeks Reflektan Surya (Solar Reflectance Index/ SRI) rumah Raflesia sendiri mencapai 88.0,” tuturnya.

Ia menjelaskan, setiap tahun konstruksi bangunan terus mengalami peningkatan. Untuk itu, guna mencapai pembangunan berkelanjutan dibutuhkan inovasi baru yang lebih ramah lingkungan dalam pembangunan tersebut.

Baca Juga  Ini Penjelasan Bio Farma Terkait Struktur Harga Test PCR Covid-19 di Indonesia

Beta mengungkapkan, konstruksi tahunan bangunan tempat tinggal dan komersial, mengalami peningkatan tertinggi setara 5-6% per tahun. Backlog perumahan mencapai 8,76 juta unit per awal 2020.

Inovasi kontruksi rumah ini menjawab tantangan dalam memenuhi kebutuhan masyarakat dan industri dengan tetap memegang teguh prinsip ramah lingkungan.

“Inovasi tekniologi dalam kontruksi rumah ini, mempertimbangkan adaptabilitas struktur organic terhadap seismic lokal, aplikasi dan rekayasa pada material maju, serta inovasi sosial stated preference analysis – willingness to pay,” ujar Beta.

Inovasi bangunan berkelanjutan ini sesuai dengan program pemerintah melalui Kementerian PUPR dalam mengembangkan kebijakan low-income housing serta merujuk pada Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat No. 25 Tahun 2011.

Peraturan menteri tersebut berisi tentang pedoman penyediaan perumahan murah, yang memiliki luas lantai maksimum 36 m2 serta Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat No. 10/PRT/M/2019 tentang kriteria dan persyaratan perumahan terjangkau bagi masyarakat berpenghasilan rendah.

Menurutnya, saat ini industri baja terus berkembang menggantikan bahan baku kayu yang dianggap kurang ramah lingkungan.

“Penggunaan bahan logam seperti baja ringan untuk rangka bangunan juga memiliki berbagai keuntungan seperti, tegangan dan transfer regangan yang lebih baik, tahan terhadap suhu tinggi, kurang penyerapan kelembaban, tidak mudah terbakar, kuat tekan dan geser, serta memiliki ketahahan aus dan ekspansi termal yang lebih baik,’ ujar Beta.

Namun demikian, dalam penggunaan baja ringan ini, ada dua tantangan yang perlu dihadapi.

Pertama, yaitu proses produksinya harus menganut kepada industri berkelanjutan dengan tujuan menghasilkan baja rendah karbon.

Kedua, baja ringan merupakan konduktor panas yang baik. Pada bangunan prefabrikasi baja ringan, maka radiasi matahari secara langsung tertransfer masuk ke dalam ruangan.

“Oleh sebabnya, kolaborasi antara BeCool Indonesia dan Tatalogam Group pada Raflesia ini bisa menjawab tantangan tersebut,” jelas Beta.

Ia menjelaskan, penggunaan cairan BeCool pada bangunan rendah karbon dengan strategi desain pasif ini disebutnya mempunyai reflektifitas dan emisivitas tinggi yang secara efektif dapat memantulkan sebagian dari radiasi matahari kembali ke atmosfer sambil menyerap panas melalui kemampuan pendinginan radiasinya.

Baca Juga  Wagub Uu Ruzhanul Safari Ramadhan di Bekasi

“Melalui inovasi ini, dapat menghemat energi pendinginan, sehingga teknologi ini layak untuk meningkatkan efisiensi energy dan kualitas lingkungan di iklim panas dan lembab,” ucapnya.

Pada kesempatan yang sama, Vice President Operations Tatalogam Group, Stephanus Koeswandi menambahkan, Raflesia merupakan inovasi baru yang merupakan pengembangan dari rumah Domus, rumah instan berbasis baja ringan yang telah lama menjadi salah satu produk unggulan perusahaaan dan telah mengantongi penghargaan rintisan teknologi industri dari Menteri Perindustrian tahun 2021.

Rumah ini direncanakan sejak tahap desain hingga pelaksanaan konstruksi, sehingga material dan bahan pendukung detil hasil perhitungan program desain diproduksi di pabrik dengan mesin agar presisi, untuk dapat memproses fabrikasi lapangan yang tepat dan tidak menyisakan limbah di lokasi konstruksi (zero waste construction).

“Raflesia ini merupakan inovasi baru dari rumah Domus. Jadi material atap dan dinding metal pada rumah Domus dilapisi cairan BeCool dengan Color Coating Line (CCL) milik Tatalogam Group, kemudian dibentuk dan dipotong di pabrik sesuai ukuran pada desain kami hingga tidak menyisakan limbah di lokasi pembangunannya nanti,” tutur Stephanus.

Ia menambahkan, dengan pelapisan cairan BeCool pada permukaan atap dan dinding, selain dapat menyejukkan bagian dalam rumah, dampak urban heat island akibat pantulan sinar matahari di sekitar lokasi juga bisa diminimalisir.

“Hal ini jika dilakukan masal dan luas, tentunya dapat membantu pemerintah dalam mengurangi gas rumah kaca (GRK) sebagai adaptive approach atau pendekatan adaptif dari hilir,” tutup Stephanus.

Pewarta : Adi
Editor : Afrida