banner 970x250

Selayang Pandang Kereta Wisata

Brilianews.com – Kereta wisata adalah kereta yang didesain secara khusus, dilengkapi dengan fasilitas mewah dan layanan premium.

Kereta ini termasuk jenis kereta VIP yang dapat disewa untuk keperluan khusus, sesuai dengan permintaan.

Di Indonesia kereta wisata (kawis) dikomersialkan dengan 2 skema, yaitu pola FIT/Perorangan (pada tipe dan Jadwal KA tertentu) dan pola charter/disewakan.

Kawis dapat digandeng atau dirangkaikan dengan kereta api reguler (kelas eksekutif dan ekonomi AC), maupun dioperasikan sebagai Kereta Luar Biasa (KLB).

Humas PT Kereta Api Pariwisata M. Ilud Siregar menyampaikan, keberadaan kereta wisata di Indonesia diawali dengan nama perjalanan kereta api luar biasa.

Pada saat itu direncanakan perjalanan rahasia kereta api luar biasa Presiden Indonesia Pertama, yaitu Soekarno dari Jakarta ke Yogyakarta.

Pada 1 Januari 1946, Presiden Soekarno memanggil Soegandhi Kepala Eksploitasi Wilayah Barat ke rumah jalan Proklamasi, untuk perencanaan ke Yogyakarta dengan kereta api.

Kepala Kantor Eksploitasi Wilayah Barat, menghubungi kantor Dipo Manggarai untuk mempersiapkan rangkaian kereta yang digunakan.

Kereta Api Luar Biasa (KLB) mempunyai keistimewaan untuk seluruh unit kereta. Pegawai yang diberi tugas saat itu adalah BS Anwir, Kepala Traksi di Manggarai. Kemudian diputuskan rangkaian yang digunakan adalah kereta yang biasa dipakai oleh rombongan Gubernur Jenderal Hindia Belanda.

Rangkaian kereta itu sudah lama tidak dipergunakan, sehingga dilakukan pemeriksaan dan perbaikan. Agar pekerjaan ini bisa dilakukan dengan sempurna dan cepat, di Dipo Manggarai dilakukan penjagaan oleh AMKA (Angkatan Muda Kereta Api), sehingga orang yang tidak berkepentingan tidak masuk ke dalam Dipo.

Setelah itu, BS Anwir dan Kepala Dipo Jatinegara, mempersiapkan lokomotif yang akan dipergunakan. Pilihan lokomotif yang akan dioperasikan adalah C 2849.

Pada tanggal 3 Januari 1946 di pagi hari, rencana rahasia tersebut hanya diketahui oleh kalangan terbatas terutama petugas-petugas, yang akan mengoperasikan perjalanan KLB.
Masinis dan wakil Masinis menghitung apa saja yang harus dipersiapkan, seperti bahan bakar kayu dan balok es untuk pendingin lokomotif serta yang utama cara mengalihkan tentara NICA yang saat itu mengawasi Stasiun Jatinegara hingga Gambir.

Siang harinya dibuat barikade-barikade yang menghalangi pengawasan tentara NICA. Lokomotif C 2849 melakukan manuver langsir hingga Stasiun Gambir. Manuver langsir ini untuk mengalihkan pengawasan NICA.

Lokomotif C 2849, yang dikendalikan oleh Masinis bernama Husein melakukan aksi langsir ke stasiun penyusunan kereta (emplasmen) Manggarai dan berhasil menggandengkan 8 rangkaian kereta KLB dari adanya pengawasan tentara NICA.

Setelah pukul 18.00 wib, seluruh rangkaian kereta bergerak dari Stasiun Manggarai dalam keadaan jendela tertutup dan lampu dimatikan ke arah barat, melewati terowongan Pasar Rumput dan berhenti di Pegangsaan persis di belakang rumah Bung Karno.

Rangkaian kereta dalam keadaan jendela tertutup dan lampu dimatikan.

Presiden Soekarno dan Ibu Fatmawati yang menggendong Guntur keluar dari Pagar belakang rumah menaiki kereta api. Tidak lama, disusul oleh Wakil Presiden M. Hatta dan rombongan lainnya naik ke dalam kereta. Para penumpang KLB ini tidak ada yang membawa bekal. Seluruh bekal sudah dipersiapkan oleh DKARI (Djawatan Kereta Api Repoeblik Indonesia) pada hari sebelumnya.

Baca Juga  PPKM Diperpanjang, Ini Syarat Perjalanan KA Jarak Jauh dan KA Lokal Mulai 26 Juli


Tanpa dibunyikan peluit, kereta api berangkat melewati Stasiun Manggarai dan Stasiun Jatinegara, kereta bermanuver seperti langsir yang diapit oleh barikade dan berhasil melewati Stasiun Jatinegara.

Kecepatan kereta dipercepat melewati Stasiun Kranji yang juga diawasi oleh NICA, tetapi mereka tidak memperhatikan bahwa ada kereta lewat, sehingga keadaan tetap aman dan terkendali.

Selepas Stasiun Bekasi, rangkaian kereta berjalan dengan kecepatan penuh, karena daerah selepas stasiun tersebut tidak lagi dikuasai Belanda. Kemudian lampu kereta dinyalakan dan beberapa jendela dibuka.

Ketika kereta memasuki Stasiun Cikampek, kecepatan kereta dikurangi dan kereta sempat berhenti di stasiun tepat pada pukul 20.00 wib.

Bung Karno dan Bung Hatta lalu menyempatkan keluar kereta, yang disambut oleh laskar dan rakyat setempat dengan teriakan yel-yel Merdeka! Hidup Bung Karno! Hidup Bung Hatta!

Mulai dari Stasiun Kranji hingga Stasiun Tugu, rombongan selalu disambut dengan gegap gempita oleh laskar dan rakyat.

Akhinya, rombongan Presiden dan Wakil Presiden tiba di Stasiun Yogyakarta yang disambut oleh Sultan Hamengkubuwono IX dan kemudian melanjutkan perjalanan ke Gedung Agung, Malioboro. Adapun rangkaian KLB yang ditarik oleh Lokomotif C 2849 bergerak menuju Balai Yasa Yogyakarta untuk menjalankan pemeriksaan.

Pada 29 Agustus 1963, Bung Karno sebagai Bapak Proklamator mengenang perjalanan dengan KLB ini.

Selanjutnya, perjalanan Kereta Api Luar Biasa di masa Presiden Indonesia kedua, Soeharto menggunakan kereta yang diberi nama Nusantara, Bali, dan Toraja. Saat itu, Pemerintah membuatkan kereta perjalanan khusus bagi Presiden dengan memodifikasi kereta makan, yang biasanya dipakai oleh Kereta Api Bima.

Selain dipakai presiden, ketiga kereta api luar biasa tersebut sering juga dipakai oleh para Menteri dan Pejabat Negara.

“Kereta Wisata ini memiliki fasilitas ruang rapat, balkon, ruang makan, bar berukuran kecil, dan tempat tidur. Di samping itu, juga terdapat ruangan santai dengan televisi besar, fasilitas Avod TV di kursi penumpang dengan sajian film dan fasilitas karaoke,” tutur Ilud Siregar.

Pada tahun 2009, PT Kereta Api Indonesia (Persero) mendirikan anak perusahaan bernama PT Kereta Api Pariwisata, yang dikenal juga dengan nama KAI Wisata. Modal awal dalam menjalankan bisnis kereta wisatanya KAI Wisata, diperoleh dari penjualan jasa berupa pelayanan tiga kereta wisata yang meliputi kereta wisata Nusantara, Bali, dan Toraja. Kereta tersebut digandengkan dengan kereta-kereta api lainnya terutama dengan kereta eksekutif maupun dijalankan sebagai Kereta Luar Biasa (KLB).

KAI Wisata kemudian menambah lagi jumlah kereta wisatanya. Penambahan ini dilakukan seiring dengan peningkatan pelayanan dan banyaknya permintaan dari para pelanggan. Kereta Wisata dikomersialkan dengan 2 skema yaitu pola Fit/Perorangan (pada tipe dan jadwal KA tertentu) dan pola Charter/disewakan.

Selama periode tahun 2013, 2014 hingga 2019, KAI Wisata memiliki 6 unit kereta api wisata tambahan, yang selesai dikerjakan oleh PT Kereta Api Indonesia (Persero) di Balai Yasa. Masing-masing diberi nama Sumatra, Jawa, Imperial, dan Priority.

Kereta Wisata Nusantara

Kereta wisata Nusantara merupakan kereta wisata khusus yang awal penggunaannya hanya bagi Presiden Indonesia. Selanjutnya saat ini dapat digunakan untuk penggunaan komersial. Didesain dengan interior dan segala pernak-pernik, yang menggambarkan seni dari pelosok Nusantara. Keunikan yang dimiliki kereta ini adalah adanya ruang balkon. Penumpang dapat menyaksikan panorama sepanjang perjalanan ketika tirai jendela dibuka. Kereta wisata Nusantara memiliki fasilitas menonton film dan berkaraoke. Kereta ini juga dilengkapi dengan sebuah kamar tidur sebagai tempat beristirahat bagi penumpang.

Baca Juga  Kota Bandung Raih Penghargaan Kota Layak Anak Kategori Madya

Kereta Wisata Bali

Kereta wisata Bali merupakan kereta luar biasa yang dihiasi dengan ornamen khas Bali. Peruntukannya sebagai kereta utama ketika presiden Indonesia melakukan kunjungan kerja ke berbagai daerah di Jawa. Kereta wisata Bali termasuk satu paket dengan kereta Nusantara dan kereta Toraja. Ruang utama kereta Bali sama dengan kereta Nusantara yaitu kursi yang membelakangi jendela, namun juga memiliki kesamaan dengan kereta Toraja, yaitu sama-sama memiliki kompartemen atau ruang naratama dan naratetama dengan 6 kursi. Kereta ini dapat memuat 20 penumpang saja.

Kereta Wisata Sumatera

Kereta wisata Sumatra merupakan hasil pengembangan interior kereta wisata Bali. Ruang utamanya dilengkapi dengan sofa, kompartemen, ruang makan, ruang rapat, bar berukuran kecil, toilet, dan audio-video. Kompartemen hanya untuk tiga orang dan dilengkapi rumah teater, dengan tambahan televisi di dalamnya. Kereta ini hanya dapat memuat 22 orang.

Kereta Wisata Jawa

Kereta wisata Jawa dibuat dengan nuansa khas budaya Jawa. Kereta ini terinspirasi dari pengembangan interior kereta wisata Nusantara. Kereta wisata Jawa hanya dapat memuat 20 penumpang. Bagian dalamnya dilengkapi dengan fasilitas kamar tidur, ruang keluarga, serta ruang makan, yang bersebelahan dengan bar berukuran kecil. Ruang utama dengan sofa hanya dapat memuat 14 orang. Sementara itu, 6 kursi di ruang makan dapat difungsikan sebagai ruang rapat.

Kereta Wisata Imperial

Kereta wisata terbaru milik KAI ini didesain hanya untuk 21 penumpang dengan formasi 2-1 sebanyak tujuh baris. Kursi dapat diputar 45 derajat menghadap jendela, sehingga dapat melihat pemandangan selama perjalanan. Dengan kapasitas memuat 20 penumpang.

Kereta Wisata Priority

Kereta ini adalah kereta pertama di Indonesia yang memiliki audio/video on demand (AVOD) seperti pesawat terbang. Kereta seri ini dilengkapi dengan LCD TV layar sentuh pada setiap kursi, sehingga selama perjalanan para penumpang dapat menikmati ragam pilihan hiburan Audio dan Video (AVOD). Dengan kapasitas memuat tempat duduk 30 Penumpang.

Kereta Wisata Toraja

Kereta wisata ini interiornya kental dengan nuansa budaya Toraja. Didesain secara cantik dan apik dengan bubuhan ukiran serta lukisan yang bernuansa budaya toraja.

Kereta Wisata Retro

Kereta yang didesain khusus nuansa klasik memberikan sensasi pengalaman perjalanan yang berbeda dan unik untuk para penumpang. (Afr)