banner 970x250

Pandemi Covid-19, Digitalisasi Jadi Kewajiban Bukan Pilihan

Pandemi Covid-19, Digitalisasi Jadi Kewajiban Bukan Pilihan
Gubernur Jabar Ridwan Kamil saat menjadi pembicara dalam Webinar InJabar bertema "Membangun Ekosistem Digital: Optimalisasi Potensi Ekonomi Digital Indonesia di Gedung Sate, Kota Bandung, Jumat (23/4/2021). (Foto : Biro Adpim Jabar)

Kota Bandung, Brilianews.com – Percepatan digitalisasi menjadi suatu keharusan, karena semua sektor seperti ekonomi dan pendidikan, tidak bisa lepas dari digital.

Gubernur Jabar Ridwan Kamil menuturkan, pandemi COVID-19 memaksa semua pihak, mulai dari pemerintah, swasta, perbankan, hingga masyarakat, harus berdaptasi dengan teknologi atau digital. 

“Kami menyadari bahwa tidak ada kehidupan di Jabar yang tidak bisa disentuh oleh digital,” kata Emil –sapaan Ridwan Kamil– saat menjadi pembicara dalam Webinar InJabar bertema “Membangun Ekosistem Digital: Optimalisasi Potensi Ekonomi Digital Indonesia di Gedung Sate, Kota Bandung, Jumat (23/4/2021).

“COVID-19 mengajarkan bahwa ekonomi digital ini membuat perekonomian bertahan. Semua orang dipaksa online, baik itu seminar, sekolah, jual-beli, karena adanya pembatasan,” imbuhnya.

Pemda Provinsi Jabar saat ini terus berupaya mewujudkan visi menjadi Provinsi Digital Terdepan di Indonesia, bahkan level Asia. Dalam pemulihan ekonomi, kata Emil, percepatan digitalisasi ekonomi untuk industri besar, menengah dan kecil, termasuk UMKM, dilakukan. 

“Bahwa digital ini adalah sebuah hal yang wajib bukan lagi pilihan, kedua jika di tahun 2045 Indonesia mau menjadi negara hebat, negara maju, maka SDM milenial atau generasi Z itu harus kompetitif dan produktif, itu hanya ada di domain digital,” ucapnya.

Baca Juga  Poskibar Resmi Dibubarkan Tugasnya Dilanjutkan oleh Dinas Kesehatan Jabar

Gubernur menuturkan, percepatan digitalisasi ekonomi di Jabar bersifat inklusif. Artinya, tidak hanya fokus di pemerintahan, tetapi juga masyarakat. Salah satu inovasi yang digagas Pemda Provinsi Jabar dan sudah diakui di level Asia Pasifik, adalah Desa Digital. 

Desa Digital merupakan program pemberdayaan masyarakat melalui pemanfaatan teknologi digital dan internet, dalam pengembangan potensi desa, pemasaran dan percepatan akses serta pelayanan informasi.

Nantinya, seluruh pelayanan publik di desa akan didigitalisasi, koneksi internet akan dibenahi, command center dibangun, dan masyarakat desa dapat memanfaatkan media sosial untuk mempromosikan sekaligus mengenalkan produk unggulan di wilayahnya. 

Sejak diluncurkan pada 10 Desember 2018, Pemda Provinsi Jabar sudah memasang wifi di desa-desa blank spot atau desa tidak memiliki koneksi internet sama sekali.

“Jadi jangan kaget kalau di Jabar kasih makan lele pakai handphone, cari ikan di laut dengan teknologi Fish Finder. Semua inovasi itu kita lakukan sebagai bagian kemajuan zaman,” ucapnya.

Sebelumnya, Desa Digital mendapatkan penghargaan bergengsi di tingkat internasional. Desa Digital terpilih sebagai Digital Equity and Accessibility dalam ajang IDC Smart City Asia/Pacific Awards 2020.

Baca Juga  502 Bidang Tanah Wakaf di Jawa Barat Mendapat Sertifikat

Desa Digital mendapat penghargaan tersebut karena dinilai mampu memberdayakan masyarakat dan meningkatkan aksesibilitas informasi melalui pemanfaatan teknologi digital dan internet.

Guna mendongkrak perekonomian di desa, lanjut Emil Pemda Provinsi Jabar meluncurkan program One Village One Company (OVOC) alias satu perusahaan di masing-masing desa.

Sementara untuk pemberdayaan desa melalui ekonomi keumatan, pihaknya juga telah meluncurkan program One Pesantren One Product (OPOP). OPOP mendorong pesantren di Jabar untuk memiliki produk unggulan sehingga mandiri secara ekonomi. 

Hingga 2020, terdapat 1.574 produk asal OPOP dengan sebaran pesantren di 825 kecamatan se-Jabar. Ditargetkan, jumlah peserta OPOP bertambah 1.000 pesantren baru di 2021. 

“Kita memberdayakan tanah-tanah desa dengan program satu desa satu perusahaan, kita punya mimpi 5.312 desa, punya 5.312 perusahaan,” tuturnya. (Afria)