banner 970x250

Jelang Akhir Tahun 2023, OJK : Sektor Jasa Keuangan di Jabar Masih Tetap Terjaga

Kota Magelang, BriliaNews.com – Dalam menjaga stabilitas sektor jasa keuangan dan mendorong pertumbuhan ekonomi di tengah masih tingginya tensi geopolitik global, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) terus mendorong Lembaga Jasa Keuangan untuk terus memonitor potensi risiko.

Termasuk di dalamnya melakukan stress test ketahanan terhadap gejolak pasar, serta melakukan strategi mitigasi risiko guna menjaga ketahanan permodalan dan likuiditas, sehingga sektor jasa keuangan dapat terjaga stabil dan berkontribusi optimal bagi perekonomian nasional.

Demikian pula di Jawa Barat, hingga jelang ahir tahun 2023 ini stabilitas sektor jasa keuangan masih tetap terjaga.

Direktur Pengawasan Lembaga Jasa Keuangan 2 Kantor OJK Provinsi Jawa Barat Aulia Fadly mengungkapkan stabilitas ini didukung oleh permodalan yang kuat dan likuiditas yang memadai, sehingga mampu menghadapi berlanjutnya penurunan pertumbuhan ekonomi dan tingginya ketidakpastian global.

“Pada periode Oktober 2023, kredit atau pembiayaan perbankan Jawa Barat bertumbuh sebesar 6,60 persen yoy, dibanding periode September 2023 sebesar 6,85 persen yoy, menjadi Rp597.75 triliun dengan kualitas kredit yang masih tetap terjaga, dengan rasio Non Performing Loan (NPL) gross sebesar 3,62 persen,” kata Aulia di Kota Magelang, Jawa Tengah, Kamis (14/12/2023).

Baca Juga  Bio Farma Hadirkan Produk & Layanan Unggulan pada Open House BPOM

Sementara Dana Pihak Ketiga (DPK) perbankan Jawa Barat pada Oktober 2023 bertumbuh sebesar 4,25 persen yoy, naik bila dibandingkan September 2023 sebesar 3,66 persen yoy, menjadi sebesar Rp658,15 triliun dengan likuiditas yang memadai.

“Sedangkan rasio Loan to Deposit Ratio (LDR) sebesar 90,82 persen dan bulan September 2023 sebesar 91,11 persen,” ujarnya.

Aulia mengatakan, perbankan syariah di Jawa Barat juga masih mencatatkan tren kinerja yang terus meningkat, lebih tinggi dibandingkan perbankan konvensional.

“Tercermin dari pembiayaan perbankan syariah di Jawa Barat per Oktober 2023 mencapai Rp64,51 triliun dan tumbuh 13,79 persen yoy, dengan market share pembiayaan yang juga terus menunjukkan tren kenaikan, dari sebesar 7,99 persen pada tahun 2019, sebelum pandemi Covid-19, menjadi 10,79 persen per Oktober 2023,” ujarnya.

Di sektor Pasar Modal, sampai dengan Oktober 2023, jumlah Single Investor Identification atau SID di Jawa Barat masih menjadi yang terbanyak yaitu mencapai 2.68 juta SID atau sekitar 22,40 persen dari total SID Nasional.

“Nominal transaksi saham dari Jawa Barat mencapai Rp179,78 triliun yang didominasi oleh investor ritel,” ungkap Aulia.

Perusahaan pembiayaan dikatakannya juga masih berkinerja positif, tercermin dari outstanding piutang pembiayaan yang bertumbuh sebesar 10,93 persen yoy pada Oktober 2023 (September 2023: 11,62 persen yoy) menjadi sebesar Rp73,5 triliun, lebih besar dibandingkan masa pandemi yang sempat terkontraksi negatif di akhir tahun 2021.

Baca Juga  KPU Tetapkan 120 Anggota DPRD Jabar Terpilih Periode 2024-2029

Adapun rasio Non Performing Finance (NPF) masih terjaga sebesar 3,03 persen, dibanding bulan September 2023 sebesar 3,13 persen.

Dari sisi Fintech Peer to Peer (P2P) Lending, Jawa Barat masih menjadi Provinsi dengan outstanding pinjaman terbesar Nasional dan pertumbuhan pinjaman sebesar 39,44 persen yoy yaitu mencapai Rp15,80 triliun dengan jumlah penerima sebanyak 5,71 juta rekening.

Terkait Tingkat Wan Prestasi (TWP), menurut Aulia masih terjaga pada level 3,69 persen.

“Secara akumulasi, Fintech P2P Lending telah menyalurkan pinjaman sebesar Rp178,48 triliun kepada borrower yang berdomisili di Jawa Barat,” tutup Aulia.

Pewarta : Adi
Editor : Sri