banner 970x250

Menkes Budi Dorong Dunia Percepat Penyediaan Vaksin TBC Baru

Jakarta, BriliaNews.com – Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengatakan penyediaan vaksin Tuberkulosis (TBC) baru sangat penting. Hal itu dikarenakan, vaksin TBC dapat menjadi solusi perlindungan yang ekonomis dan bermanfaat bagi masyarakat, termasuk mengurangi dampak ekonomi akibat biaya perawatan kesehatan dan kehilangan produktivitas.

“Apabila eliminasi TBC ingin dicapai pada 2030, kita hanya memiliki 3 tahun untuk mengembangkan vaksin TBC, agar dapat mulai digunakan di 2028. Pengembangan vaksin harus dilakukan secara fokus,” ungkap Menkes Budi dalam ​​Stop TB Partnership (STP) Board Meeting ke 37 di Kota Brasilia, Brazil baru-baru ini.

Menurut Menkes, saat ini vaksin TBC yang tersedia adalah vaksin Bacillus Calmette-Guerin (BCG). Vaksin BCG memberikan perlindungan parsial untuk mencegah TBC yang berat pada bayi dan anak usia dini, tetapi tidak cukup untuk melindungi anak dan orang dewasa dari TBC.

Pengembangan vaksin TBC yang efektif untuk semua usia, terutama untuk anak dan orang dewasa, diperlukan guna mencapai 90% penurunan insidens dan 95% penurunan kematian akibat TBC.

Baca Juga  Perubahan Iklim Bukan Lagi Ancaman tapi Kondisi Faktual yang Tengah Terjadi

“Vaksin TBC juga berpotensi untuk menahan penyebaran TBC resisten obat, yakni jenis tuberkulosis yang tidak merespons pengobatan standar yang umumnya efektif untuk mengobati infeksi tuberkulosis,” kata Budi Gunadi dikutip dari rilis Kemenkes.

Ia mengemukakan saat ini ada beberapa kandidat vaksin TBC yang sedang dikembangkan, untuk mencegah penyakit TBC pada anak dan orang dewasa menggantikan atau menguatkan vaksin BCGmencegah kekambuhan pada pasien yang telah, menyelesaikan pengobatan, atau memperpendek durasi pengobatan.

Indonesia sendiri aktif berkontribusi dalam tiga uji klinis kandidat vaksin TBC baru tersebut.

Pertama adalah vaksin yang dikembangkan Bill & Melinda Gates Foundation (BMGF). Vaksin yang awalnya dikembangkan oleh perusahaan farmasi asal Inggris, GSK, ini memanfaatkan protein rekombinan. Untuk pengembangan vaksin ini, telah dilakukan penelitian epidemiologi di Indonesia, yang mengungkapkan lebih dari 30% populasi sampel dalam penelitian ini mungkin telah terinfeksi TBC.

Baca Juga  BUBOS 6 Berahir, Infak Massal Terkumpul Rp4,4 miliar

Kedua, vaksin yang dikembangkan melalui kerja sama perusahaan farmasi asal China, CanSinoBio, dan perusahaan biofarmasi asal Indonesia, Etana. Pengembangan vaksin ini menggunakan vektor virus dan sedang uji klinis fase pertama.

Ketiga, vaksin yang dikembangkan oleh perusahaan bioteknologi asal Jerman, BioNTech, dan perusahaan farmasi asal Indonesia, Biofarma. Pengembangan vaksin ini menggunakan teknologi mRNA dan sedang penjajakan untuk lokasi uji klinis fase 2 di Indonesia.

“Saya percaya dengan investasi ini kita tidak hanya akan menyelamatkan nyawa, namun juga meningkatkan pertumbuhan ekonomi dalam jangka panjang” pungkasnya.

Editor  : Afrida