banner 970x250

Kasus DBD di Jabar Capai 11 Ribuan Lebih, 105 Orang Meninggal

Kota Bandung, BriliaNews.com – Kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di Jabar menunjukkan peningkatan. Per 25 Maret 2024, kasus DBD mencapai 11.729 orang, 105 orang diantaranya meninggal dunia.

Daerah dengan kasus tertinggi adalah Kabupaten Subang, Kota Bandung, Kab. Bandung Barat, dan Kota Bogor.

Menurut Kepala Dinas Kesehatan Jabar Vini Adiani Dewi, dari jumlah kasus tersebut, jumlah kematian 71 orang meninggal.

“Perubahan cuaca menjadi faktor utama banyaknya nyamuk Aedes Aegypti yang menyebabkan DBD. Kalau tidak ada nyamuk itu, tidak akan menular. Perkembangbiakan nyamuk juga karena faktor lingkungan yang kurang baik,” ujar Vini di Gedung Sate Kota Bandung baru-baru ini.

Untuk itu, kata Vini harus dilakukan pencegahan dengan membuat lingkungan lebih bersih dan rapi, selain penanganan yang lainnya.

Baca Juga  Parkir Kendaraan Diatas Trotoar Siap-Siap Digembok

“Tentu pencegahan dengan menabur serbuk abate, pengasapan, itu juga baik, tetapi yang utama adalah dengan 3M Plus. Masyarakat harus terus diedukasi untuk itu,” tegasnya.

3M Plus itu menurut Vini selain menguras, menutup dan mendaur ulang, juga menanam ikan di kolam-kolam, menanam tumbuhan pengusir nyamuk seperti lavender, sereh dan lain-lain, atau menggunakan obat penangkal nyamuk di badan.

Sementara itu Staf Divisi Infeksi dan Penyakit Tropis Fakultas Kedokteran Unpad/RSHS dr. Jatnika Setiabudhi menjelaskan, DBD harus diwaspadai karena sering kali tidak menimbulkan gejala yang nampak di luar.

“Saat ini ada dengue tanpa tanda bahaya, dengan tanda bahaya dan dengue berat. Itu harus dideteksi dini sebagai upaya untuk menekan kematian,” ujarnya.

Baca Juga  Jabar Kejar Target Vaksin 500.000 per Hari

Dengue berat itu menurut Jatnika, bila penyakitnya masuk ke fase kritis, yakni cairan tubuh ke luar dari pembuluh darah di dalam tanpa kelihatan.

“Faktor resiko terutama harus diwaspadai terhadap anak umur di bawah 1 tahun, anak obesitas, perempuan yang sedang menstruasi dan yang memiliki kelainan darah. Untuk kelompok resiko tersebut, sebaiknya segera dirawat,” pungkasnya.

(Ida)