banner 970x250

Tren Inflasi Jabar Maret 2024 Masih Positif Naik

Kota Bandung, BriliaNews.com – Pergerakan inflasi di Jawa Barat masih menunjukkan tren positif naik. Secara month to month, di Bulan Maret 2024 inflasi Jabar berada di angka 0,51 persen, naik dibandingkan Februari yang berada diangka 0,45 persen.

Kepala BPS Jawa Barat Marsudijono mengungkapkan, inflasi di bulan Maret awalnya diduga penyebab utamanya kenaikan harga beras. Menurutnya, beras memang salah satu penyebab, tapi dalam 2 minggu terakhir ini sudah kembali ke posisi normal.

“Yang sekarang mesti diwaspadai justru komoditas-komoditas lainnya, khususnya untuk makanan-makanan yang sifatnya tergantung dari cuaca,” tuturnya usai kegiatan Rilis Berita Statistik BPS Provinsi Jawa Barat di Bandung, Senin (1/4/2024).

Menurutnya, inflasi pada kelompok makanan, minuman, dan tembakau mencapai 1,39 persen, sedangkan di kelompok lainnya hanya nol koma persen. “Dengan demikian, kelompok ini menjadi salah satu kelompok penyumbang inflasi terbesar pada bulan Maret ini,” ungkapnya.

Berdasarkan komoditas kata Marsudijono, komoditas telur ayam ras (0,1247 persen), daging ayam ras (0,09 persen), beras (0,0898 persen), emas perhiasan (0,0421 oersen), dan tomat (0,0222) menjadi penyumbang terbesar terhadap inflasi.

“Dan dari lima komoditas itu, hanya emas perhiasan saja yang diluar kelompok makanan,” tuturnya.

Baca Juga  Perbaikan Jalan Provinsi di Kalimulya Kota Depok Harus Segera Terealisasi

Sementara itu, lima komoditas penyumbang deflasi terbesar ialah cabai merah (-0,159 persen), bahan bakar rumah tangga (-0,0042 persen), ketimun (-0,0042 persen), kangkung (-0,0038 persen) dan cumi-cumi (-0,0031 persen).

“Ini menjadi perhatian kita apalagi dalam masa Idul Fitri, kelompok makanan dan minuman biasanya akan terus bergerak naik,” ungkap Marsudijono.

“Untuk itu butuh langkah strategis lebih lanjut supaya kelompok ini bisa lebih terkendali, dengan kita menahan pasokan-pasokan supaya bisa dijangkau masyarakat, dan masyarakat bisa menikmati, dan harganya bisa tertahan dengan baik,” tutur Marsudijono.

Sama halnya dengan inflasi secara year to year, Maret 2024 inflasi di Jabar mencapai 3,48 persen, dengan kelompok utama terbesar masih di kelompok makanan, minuman, dan tembakau dengan andil inflasi 2,33 persen.

Komoditas beras menjadi andil inflasi tertinggi dengan andil 0,81 persen, disusul oleh daging ayam ras (0,23 persen), cabai merah (0,17 persen), cigaret kretek mesin (0,17 persen) dan telur ayam ras (0,14 persen).

Sedangkan berdasarkan year to date Maret 2024, inflasi Jabar mencapai 1,12 persen, dengan inflasi terbesar di Kota Sukabumi dan Kota Tasikmalaya yang mencapai 1,47 persen, dan terendah di Kab. Subang (0,56 persen) dan Kab. Bandung (0,76 persen).

Baca Juga  PT Len Industri Targetkan Pendapatan di 2024 Naik 11,6%

“Inflasi secara month to month di Kab. Subang juga rendah, disebabkan adanya penurunan harga beras seiring memasuki masa panen,” tutur Marsudijono.

Marsudijono menjelaskan, tren kenaikan inflasi Jabar memang perlu diperhatikan, namun angka ini masih di bawah target pemerintah.

“Secara month to month nya kita naik, tapi secara year to date nya masih di angka 1,12 persen. Jadi untuk mencapai target 2,5 persen, masih ada peluang sekitar 1 koma sekian. Nah ini yang harus dibagi, kapan dia harus deflasi. Ini harus pintar mengaturnya,” ungkapnya.

Ia mengakui, kenaikan harga barang tidak bisa lepas dari harga pasar serta tetap harus berpegang kepada hukum permintaan dan penawaran atau supply and demand.

“Tetapi yang perlu itu mencari penyeimbang komoditasnya. Dan biasanya komoditas hortikultura sebagai penyeimbang,” tuturnya.

Pewarta : Adi
Editor       : Afrida