banner 970x250

Perubahan Iklim Bukan Lagi Ancaman tapi Kondisi Faktual yang Tengah Terjadi

Jakarta, BriliaNews.com – Staf Ahli Menteri Dalam Negeri Suhajar Diantoro mengatakan perubahan iklim bukan lagi ancaman, melainkan keadaan faktual yang kini tengah terjadi.

“Jadi sesungguhnya perubahan iklim yang beberapa tahun lalu kita sebutkan, sesungguhnya kita sedang berada di dalamnya. Jadi bukan lagi merupakan ancaman, tapi kita sudah betul dalam perubahan itu,” ujar Suhajar pada pembukaan  Plenary Session Crisis Management Conference (CMC) 2024 di Jakarta, Rabu (29/5/2024).

Crisis Management Conference merupakan jejaring internasional, sebagai wadah bagi kota-kota dunia untuk mendiskusikan penanganan bencana.

Ia mencontohkan, kejadian langka seperti tornado yang beberapa waktu lalu sempat menerjang Kabupaten Sumedang dan Kabupaten Bandung, tidak terprediksikan sebelumnya.

Baca Juga  Angkutan Nataru 2023/ 2024, Ayep Hanapi : Pastikan Bebas Narkoba Seluruh Awak KA Daop 2 Bandung Ikuti Tes Urine

“Kita menyaksikan banjir besar yang terjadi di Uni Emirat Arab, juga tulisan-tulisan yang kita baca mengatakan tak terprediksi dengan baik sebelumnya,” ucap Suhajar.

“Hati-hati karena ancaman perubahan iklim sudah nyata dan kita rasakan, bahkan dirasakan semua negara di muka bumi,” tambahnya.

Menurut Suhajar suhu bumi yang semakin panas dan kekeringan, bukan hanya terjadi di Indonesia.

Untuk itu Suhajar berharap seluruh pemerintah daerah di Indonesia mulai dari tingkat provinsi hingga kabupaten/kota, membangun dan mempraktikkan ekonomi hijau dalam pembangunan berkelanjutan.

Beberapa tahun ke depan, sambung Suhajar, seharusnya menjadi masa transisi dari ekonomi hijau menuju pembangunan berkelanjutan.

“Kita harus berani mulai meninggalkan investasi, aktivitas usaha dan infrastruktur berbasis ekonomi reguler yang selama ini kita pikul, kita banggakan, dan kita anggap terbaik di muka bumi,” katanya.

Baca Juga  Kemenag Salurkan Bantuan Rp13,2 Miliar untuk Madrasah Terdampak Gempa Cianjur

“Hari ini kita harus mulai investasi, aktivitas usaha dan infrastruktur berbasis ekonomi hijau, industri hijau, dan sistem transportasi berbasis energi terbarukan adalah pilihan kebijakan kita. Hari ini industri rendah karbon adalah pilihan kebijakan kita, termasuk ekonomi sirkuler,” tuturnya. 

(Ida)