banner 970x250

Coletot, Perpaduan Kuliner Khas Jabar-Yogyakarta

Coletot, Perpaduan Kuliner Khas Jabar-Yogyakarta

Yogyakarta, Brilianews.com – Kolaborasi Jawa Barat (Jabar)-Daerah Istimewa (DI) Yogyakarta tidak hanya terjalin dalam sektor pariwisata dan kebudayaan, tetapi juga kuliner. Hal itu terwujud dalam perpaduan makanan khas Jabar, colenak, dan makanan khas Yogyakarta, gatot.

Gubernur Jabar Ridwan Kamil menamakan makanan yang dibuat Chef Hardian Eko Nurseto tersebut Coletot.

Coletot merupakan penggabungan colenak, khas Jabar dan gatot yang merupakan makanan khas Yogyakarta.

Keunikan Coletot tak hanya dari segi rasa yang manis sedikit asam, tetapi juga tekstur yang kenyal.

Usai meresmikan Jabar Motekar: Pameran Ridwan Kamil dan Industri Kreatif Jabar di Jogja Museum Nasional, DI Yogyakarta, Rabu (1/12/2021), Ridwan Kamil dan Ketua DPP PUTRI D.I Yogyakarta, G.K.R Bendara mencicipi Coletot.

“Saya kasih nilai 9 untuk makanan ini. Ini hasil kolaborasi dua makanan khas daerah yang dieksekusi dengan baik. Rasa manisnya pas. Coletot ini lahir dari gabungan budaya Jabar dan Jawa. Rasa bintang lima, harga kaki lima,” kata Ridwan Kamil.

Baca Juga  Kak Atalia Praratya Lantik Pengurus Mabicab Gerakan Pramuka Kabupaten Pangandaran Masa Bhakti 2021-2026

G.K.R Bendara pun mengaku puas dengan hasil inovasi makanan bernama Coletot tersebut. Menurutnya, Coletot cocok dengan lidah orang Indonesia.

“Saya kasih nilai 9,5 kalau ada porsi tambahan,” ucapnya.

Kunjungan Ridwan Kamil ke D.I Yogyakarta sendiri untuk memenuhi undangan dari Gubernur DI Yogyakarta Sri Sultan Hamengkubuwono X.

Sementara itu, Chef Hardian Eko Nurseto menuturkan, dirinya terinspirasi menggabungkan kebudayaan Jabar-Yogyakarta melalui kuliner. Selain itu, ia pun ingin mengenalkan kembali potensi olahan makanan fermentasi.

“Melalui singkong, nenek moyang kita itu mengembangkan teknologi fermentasi gitu untuk mengolah makanan. Nah, si teknologi fermentasi ini kita bisa lihat tergantung sama kebudayaannya. Di Jabar itu jadinya peuyeum, sama-sama singkong difermentasi jadi peuyeum. Di Yogya, jadinya gatot,” ucap dia.

Baca Juga  Pembahasan LKPJ Gubernur Tahun 2021, Pansus II DPRD Jabar Libatkan Pakar dari Perguruan Tinggi

“Saya coba blend dua kebudayaan itu. Cita rasa gatot ini kan kenyal ya, sementara peyeum itu dia manis tapi empuk. Saat disatukan, ada tekstur yang menarik gitu. Jadi selain tekstur ada empuk, ada kenyal, ada saya bikin semprong di atasnya itu juga untuk ngasih tekstur lain di hidangan ini,” tambahnya. (Afr)