banner 970x250

Panglima Santri Uu Ruzhanul Ulum Kutuk Aksi Predator Anak di Pesantren Kota Bandung

Kab. Tasikmalaya, Brilianews.com – Wakil Gubernur Jawa Barat Uu Ruzhanul Ulum mengutuk pemerkosaan belasan santriwati oleh seorang yang mengaku guru di pesantren Kota Bandung.

Panglima Santri Jabar itu meminta aparat penegak hukum, menindak tegas pelaku dan dijerat hukuman seberat-beratnya.

“Pertama saya berharap kejadian ini tidak terulang kembali. Kedua saya merasa prihatin sebagai komunitas pondok pesantren ada kejadian semacam ini,” ungkap Uu, di Pondok Pesantren Al Ruzhan, Desa Cilangkap, Kecamatan Manonjaya, Kabupaten Tasikmalaya, Kamis (9/12/2021).

“Kemudian juga kita mendukung kalaupun itu sudah ditangani oleh pihak kepolisian atau APH (Aparat Penegak Hukum), agar diberlakukan hukum yang berlaku,” tambahnya.

Selanjutnya Wagub Uu Ruzhanul Ulum berharap, masyarakat luas tidak menyamaratakan semua guru agama punya perilaku seperti itu. Jangan ada rasa ketakutan dari para orang tua yang putra- putrinya sedang menempuh pendidikan di majlis ta’lim, pondok pesantren, atau di madrasah diniyah, asalkan lembaganya sudah terpercaya serta jelas sejarah dan asal usulnya.

“Sekitar 12 ribu pondok pesantren yang ada di Jawa Barat belum ditambah mungkin majelis – majelis, termasuk juga madrasah diniyah dan yang lainnya, harapan kami tidak disamaratakan,” harap dia.

Baca Juga  Pj Gubernur Jabar Hadiri Gerakan Pangan Murah (GPM) Serentak Se-Indonesia

Terkait siapa oknum guru tersebut, Wagub mengungkapkan tersangka memang pernah menempuh pendidikan di suatu pondok pesantren, namun yang bersangkutan punya rekam jejak kurang baik yang tidak diketahui korban-korbannya.

“Ternyata memang saya bertanya kepada orang- orang yang kenal dia. Dia memang pernah pesantren tapi tidak benar, terus perilakunya tidak sama dengan komunitas pesantren yang lainnya,” katanya.

Pengawasan terhadap anak yang sedang mondok di pesantren, sambung dia adalah hak bagi setiap orang tua/wali murid. Dengan begitu orang tua dapat memantau perkembangan anak. Juga mengecek kondisi mulai dari kesehatan fisik, mental, dan hal lainnya.

“Nah kemudian juga kalau di pesantren yang benar orang tua ini tidak menyerahkan pengawasannya secara full kepada pesantren, tetapi tetap harus ada ‘ngalongok ka pasantren,’ sehingga terpantau pendidikan, kesehatan, dan lainnya tidak cukup dengan telpon,” ujarnya.

Baca Juga  Bey Machmudin Lepas Keberangkatan Jemaah Haji dari Bandara Kertajati

Selanjutnya orang tua perlu mengedepankan kehati- hatian ekstra sebelum anaknya dipercayakan untuk jadi peserta didik suatu lembaga. Banyak aspek yang perlu dipertimbangkan mulai dari biaya, fasilitas, metode belajar, asal usul pendidikan guru, pendiri yayasan, hingga legalitas lembaga yang berdiri.

Selanjutnya, orang tua bisa memilih sekolah yang sudah terbukti menghasilkan lulusan berkualitas. Bisa saja dengan melihat tetangga, kerabat, atau testimoni dari lulusan yang sudah pernah menempuh pendidikan di suatu lembaga.

“Kemudian juga kita harus mewaspadai seandainya ada pesantren yang aneh- aneh. Dari pendidikannya, perilaku, dan lainnya, jangan sampai orang tua ini memberikan anak kepada pesantren tetapi tidak tau latar belakang lembaga tersebut,” tuturnya. (Adi)