banner 970x250

563 Mahasiswa UPI Lolos Seleksi Program Kampus Mengajar Angkatan ke-3

Bandung, Brilianews.com – Mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia berhasil meraih prestasi program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) untuk skema program kampus mengajar Angkatan ke-3. Program kampus mengajar sendiri merupakan program Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek). Program ini diikuti oleh mahasiswa pada perguruan tinggi secara nasional di Indonesia.

“Pada program kampus mengajar Angkatan ke-3 ini mahasiwa Universitas Pendidikan Indonesia yang berhasil lolos seleksi sebanyak 563 mahasiswa,” ucap Direktur Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia Dr. rer.nat Asep Supriatna, M.Si, Rabu (27/4/2022).

Asep menambahkan, secara keseluruhan jumlah mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia yang diterima dan lolos seleksi program kampus mengajar tiga Angkatan dari tahun 2021 sampai Tahun 2022 saat ini yaitu sebanyak 2218 mahasiswa dengan rincian Angkatan ke-1 sebanyak 661 mahasiswa, angkatan ke-2 sebanyak 994 mahasiswa serta Angkatan ke-3 sebanyak 563 mahasiswa.

Asep juga mengatakan, dengan tingginya jumlah partisipasi mahasiswa UPI dalam program kampus mengajar secara nasional. UPI menerima pengahargaan pada Anugerah Diktiristek Tahun 2021 sebagai perguruan tinggi dengan mahasiswa terbanyak dalam Program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) pada kategori program kampus mengajar.

Di UPI sendiri, Asep menjelaskan Program MBKM diterapkan melalui skema Program kampus mengajar dikoordinasikan oleh Direktorat Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia.

Baca Juga  Siswa SLTA di Jabar Boleh Adakan Kegiatan Kelulusan Dengan Protokol Kesehatan

“Para mahasiswa mengikuti kampus mengajar di Satuan Pendidikan di Indonesia pada jenjang sekolah dasar, menengah, maupun atas,” ujar Asep.

Asep juga menjelaskan bahwa tujuan program kampus mengajar di satuan pendidikan dalam rangka memberikan kesempatan bagi mahasiswa yang memiliki minat dalam bidang pendidikan untuk turut serta mengajarkan dan memperdalam ilmunya dengan cara menjadi guru di satuan pendidikan, membantu meningkatkan pemerataan kualitas pendidikan, serta penguatan terhadap relevansi pendidikan dasar dan menengah dengan pendidikan tinggi dan perkembangan zaman.

Pada Siaran Podcast Dikti Menyapa, Pitriani yang merupakan mahasiswa Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) Universitas Pendidikan Indonesia selaku peserta program kampus mengajar menjelaskan kepada PLT Dirjen Dikti Prof. Ir. Nizam, M.Sc., DIC, Ph.D., IPU, Asean Eng serta masyarakat di Indonesia bahwa program kampus mengajar ini bermanfaat bagi dirinya pribadi untuk mengajar siswa sekolah dasar secara langsung serta mengetahui seberapa kesulitannya para guru menghadapi siswa pada masa pendemi Covid-19 terutama pada literasi dan numerasi serta adaptasi teknologi.

“Selain memikiki pengalaman dalam mengajar ini, dini juga belajar tentang bagaimana merawat kebinekaan pada Lembaga pendidikan sekolah,” ucap Pitriani.

Pitriani mengatakan, para guru disekolah menerima dengan baik para peserta program kampus mengajar serta bekerjasama dalam membantu pembelajaran untuk meningkatkan program literasi, numerasi serta adaptasi dan literasi teknologi dalam pembelajaran. Para mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi juga turut berkolaborasi dalam menyelenggarakan pembelajaran disekolah.

Baca Juga  Wamenkes Prof Dante Tekankan Obat Harus Sampai ke Daerah Terpencil

“Pada aktivitas kampus mengajar, para mahasiswa juga aktif melakukan sharing session dari berbagai perguruan tinggi dan penempatan sekolah yang berbeda di Indonesia,” ujar Pitriani.

Merujuk Panduan Program Merdekan Belajar dan Kampus Merdeka Kemdikbudristek, Program Kampus Mengajar dikembangkan dalam rangka mendorong mahasiswa dari seluruh program studi dan perguruan tinggi di Indonesia untuk berkontribusi dalam menggerakan, membuat perubahan, serta mengembangkan diri pada Lembaga pendidikan disekolah.

Mahasiswa berperan menjadi mitra guru disekolah dalam mendampingi para siswa dalam pembelajaran di masa pandemi, khususnya sekolah yang berada di daerah 3T (Tertinggal, Terluar, dan Terdepan). Para mahasiswa dituntut untuk menjadi mitra sekolah dalam membantu beradaptasi dalam pembelajaran berbasis teknologi dan kreativitas. (Afr).